07 June, 2008

BIARKAN KAMI BAHAGIA

Biskal gamasi 105, 9 fm. Makassar, 13 februari 2008 Ada yang bilang apalah arti sebuah nama. Tapi bagiku, nama adalah pembeda antara aku dengan kamu. Antara kita dengan mereka. Bahkan antara yang hak dengan yang bathil. Namaku MISTER ALFA LEO. Sejak pertama kali aku menginjakkan kakiku ditanah angin mammiri maka PONDOK MALINO JAYA dijalan mamoa 5 lorong 1 nomor 6C menjadi gubuk deritaku. Kuulurkan ucapan assalamu alaikum kepada nama-nama ini. Murni muchtar di UIN, Mucnhiar kimia UNM, Eky inggris UNM, Asmi PGSD Unismuh, Ayu fisika UNM, Mila inggris UIN, Abdullah Stikper gunung sari, Sifa, Muli, Mpubetafirgo, Amirullah perikanan UMI, Matematika UNM, UKM Maphan UNM, hipma Gowa, Smp Arabika, Smu Manipi, ibu pertiwiku desa Balassuka kecamatan Tombolo pao Kabupaten Gowa. Salam pamungkas kukirimkan kepada kru radio Gamasi, kru harian Fajar digraha pena, dan semua pendengar biskal gamasi. Salam kenal dari saya. Kita tercipta karena cinta! Kita terlahir juga karena cinta! Kita hidup juga larena cinta! Bahkan……….. Kita matipun juga karena cinta! Pujangga tak tahu apa itu cinta. Kuharap cinta itu tetap berkilau dihati kita meskipun dalam rupa yang lain. Bahkan benci itu perlu jika karena cinta. BIARKAN KAMI BAHAGIA. Sepertinya baru kemarin kau mencipta luka dihatiku. Luka yang menggores dalam dan mengendap abadi di dalam dada ini. Kekecewaan yang meluka. Keresahan yang gelisah. Duka yang memborok. Hati yang berdarah. Semuanya terungkap mengubah bias menjadi fakta. Sungguh berat. Amatlah berat. Ketika pertama kali kita mesti belajar menyadari! Sungguh berat. Amatlah berat. Ketika untuk pertama kali kita harus mengakui kalau kita……………………………kalah!!!. Dan sempurna sudah semuanya ketika dengan ketegaran yang rapuh, ketegaran yang palsu, ketegaran yang kubuat-buat harus mengaku kalah dari pria banyuwangi itu. Kini, kita berpisah seperti maumu. Seperti keinginanmu. Komitmen yang pernah kita lakoni harus buyar sebelum janur kuning itu jadi penyaksi kita. Dalam perjalanan itu, kita meski berpisah dengan jalur yang berbeda. Ibarat air yang diserap oleh sebatang pohon. Mulanya kita sejalan seiring didalam pembuluh kayu itu. Lalu kita bertemu dengan cabang pertama, kita berpisah. Semakin jauh pada ranting dan dahan akhirnya mencapai daun yang berbeda. Tak mungkin kembali nyatu.. Itu adalah masa lalu. Kau kini tlah bahagia dengannya. Tak sekalipun kau ingin membagi berita bahagia itu kepada diriku. Tak ada sepucuk surat, tak ada email, tak ada sms apalagi telpon darimu. Komunikasi diantara kita benar-benar putus sudah. Yach, talisilaturrahmi itu pupus karena ego yang membelit kita. Kadang, sikap acuh itu kerap muncul dibenakku. Untuk apa pula aku memikirkan dirimu lagi. Kau bukan siapa-siapa bagiku. Kau hanyalah masa laluku. Kau pergi hanya menyisa sakit dihati ini. Semua kenangan manis itu kini tertutup kabut kecewa. Aku ingin melupakanmu. Menghapus jejak-jejakmu dari lembaran hidupku. Dan aku tak ingin sisa-sisa sejarahmu menodai perjalanan kehidupanku lagi. Waktu terus bergulir. Siang dan malam jadi piranti. Tahun berganti, kini kita menjejak ditahun 2008 dibulan valentine. Luka lama itu tlah kuanggap sembuh. Perlahan namun pasti kucoba membuka pintu hati lagi. Yach, aku ingin kembali ke taman bunga dimana seribu kembang kini bermekaran. Disini tak ada musim dingin, tak ada musim panas, terlebih musim gugur. Hanya musim semi yang kuharap abadi seperti es abadi dipuncak jayawijaya papua. Semuanya bersemi melempar jangkar pesona mencoba menarik hati sang kumbang. Termasuk diriku. Kucoba mendekati sekuntum bunga. Warnanya merah. Mahkotanya berseri. Kelopaknya mekar sempurna. Ternyata dia mawar denga duri-durinya. Semerbak wangi sesekali kutangkap terbawa semilir angin. Ingin kupetik dia. Ingin kuraih dia. Aku ingin menikmati pesonanya biar kumbang lain tak datang menggodanya. Namun, disana sekuntum melatipun begitu indah. Aku ingin membuat ronceng dari bunga-bunga putih itu. Dan aku tahu. Wanginya tak kalah dengan mawar merah itu. Begitu pula dengan dahlia. Begitu pula dengan bogenvil, anggrek, bunga tanjung dan banyak bunga-bunga lagi dengan pesona masing-masing. Kini……..aku telah memilih! Dia baik. Dia sederhana. Dia cantik. Dia lembut. Dan pasti dia ikhlas menerima diriku apa adanya. Diapun tahu kelamnya masa laluku. Dia tahu kesedihanku. Dia tahu dendamku. Dia……….dia padu dalam jiwa dan raga. Belakangan baru aku tahu. Ternyata dia sahabatmu. Semuanya aku tak tahu sebelumnya. Namun satu yang pasti aku sangat menyayanginya. Aku mencintainya. Rasa cinta yang kerap kusmebahkan kepada orang yang kusayangi. Kau salah!!!! Kau salah!!! Kau salah!!! Tuduhanmu tidak beralasan. Aku mencintai dia bukan karena pelarian. Bukan sekedar dermaga peristirahatan. Bukan pula sebagai pelampiasan rasa kecewaku kepadamu. Sungguh, tak pernah terbersit dalam benakku menjadikan hubungan kami sebagai ajang balas dendam seperti yang kau tuduhkan. Aku kecewa kepadamu. Aku kecewa pada sikapmu. Setelah dulu kau tinggalkan aku karang dilaut ini dan berlayar dengan pria lain, kau malah datang menyebar fitnah yang kejam. Aku tak pernah merusak kebahagianmu. Aku tak pernah mengganggu kebahagainmu. Mengapa benih pahit ini kau tega tebarkan kepada kami. Restuilah kami berdua. Jangan ganggu kehidupan kami. Cukup sekali cinta banyuwangi-makassar merusak cintaku. Jangan lagi terulang ada cinta Banyuwangi-Makassar merampas cinta Balassuka- Engrekang. Diujung goresan ini, aku ingin berkata. Di atas puncak bulu’lohe akan kutiup sangkakala cintaku. Biarkan angin membawa getar cinta itu sampai di atas puncak latimojong. Akan ku utus burung pengelana mengantarkan untai-untai cintaku kepada belahan jiwaku nun jauh di engrekang sana. Yakinlah. Gelombang cintaku tiada sanggup menghalau ganasnya ombak dilautan hindia. Gelombang cinta itu tak akan mengganggu frekuensi cinta kalian berdua. Biarkan aku bahagian……….bersama sahabatmu!!!! Nb: Kapan nih radio gamasi menfasilitasi kami para biskalter untuk menjalin keakraban bukan hanya diudara.terimakasih

No comments: