10 February, 2008

SERAUT WAJAH TOPENG (irwanjafar

Buat : Murni, Niar, Eky, Asmi, Ayu, Karmila, Muli dan Sifa. Semuanya di pondok malino. Abdullah distikper gunung sari makassar, Kino dan Nurul di pondok archi pabbentengan, penghuni pondok cabe di mamoa 5B, anak-anak di UKM MAPAN UNM, yayasan metamorfosa, almamateriku SLTPN 2 SINJAI BARAT dan SMUN 1 Sinjai barat, Handai taulanku di desa Arabika kec. Sinjai barat dan desa balassuka kec. Tombolo pao. Dan semua pendengar biskal gamasi. Mari kita menjalin persahabatan melalui bisik udara meski rupa kita tak pernah saling melihat. Spesial naskah ini kupersembahkan bagi sang pipit yang mendamba menjadi sosok merak yang indah.

Topeng sering kita persalahkan sebagai benda yang menutupi jati diri kita.

Tetapi bagiku… Keberadaan topeng kadang dibutuhkan bahkan perlu adanya. Karena dengan topeng kita bisa memerankan peran dan lakon yang tertulis dalam sebuah naskah skenario yang mungkin tak bisa kita perankan dengan rupa asli kita. Seperti dalam drama kehidupan dimana Ilahi sebagai sutradaranya.

Goresan tangan ini tiada seindah goresanmu. Gerak jemari inipun tiada seindah gerak jemarimu. Disana, ada kekusaman. Disana, ada pengaburan. Disana, ada ketakjelasan. Itu karena penaku patah ketika pertama kali kugereskan aksara yang ingin kurangkai menjadi kalimat yang punya makna. Hanya dengan satu harap dari hatiku, kau mendengarkan biskalku, sebagai jawab atas biskalmu tempo hari. Sahabatku, murni!!! Tak salah jika kau kenakan topeng itu. Disaat kau ingin bergabung dengan sekawanan merak yang indah, bisakah jika kau datang dengan rupamu yang asli,yakni burung pipit?tidak! Kau tak akan diterima. Kau bahkan terusir dan disakiti oleh mereka. Dan itu lumrah, itu wajar, dan itu tlah menjadi rahasia alam ini, sahabat!!! Murni !!!!!! Topeng jangan kau maknai sebagai benda penyamar rupa asli belaka. Hanya menutupi jati diri demi sebuah ambisi. Tidak. Tidak seperti itu. Tak ada yang salah dengan topengmu dan tak ada yang salah dengan lakumu. Topeng kadang berjasa membantu kita mencapai puncak bahkan menggapai bintang. Suatu hal yang mustahil kita peroleh dengan rupa polos. Dengan rupa seadanya. Jangan takut sahabat. Jangan malu mengenakan topeng itu hanya karena takut disebut orang yang tak percaya diri, hanya karena takut disebut orang yang menyembunyikan jati diri. Semua ketakutan itu tiada beralasan. Sahabatku!!! Aku tahu gimana rupamu kalah dirumah dan bagaimana lakonmu kalah diluar sana. Semua kau ceritakan padaku. Semua curhat-curhatmu selalu kau tumpahkan padaku. Aku bangga sobat. Kau mau curhat padaku, berkeluh kesah padaku meski kau tahu diriku hanyalah seekor cacing bumi yang tak bisa menjadi Naga yang hebat. Bahkan tak jarang dalam ceritamu engkau menangis pilu. Aku tahu semua itu. Aku yakin semua itu adalah beban yang slama ini kau pendam. Kau sering bercerita bagaimana diriku dirumah. Tanpa sosok seorang ibu dengan seorang ayah dan adik-adikmu, engkau harus meluangkan waktu untuk semua itu dan melupakan kebahagaianmu sendiri. Seperti gadis-gaadis lain yang penuh mimpi dan cita. Semuanya terpasung oleh satu kata. Pengabdian . Waktumu kau habiskan dirumah sementara diluar sana canda dan tawa telah menantimu. Seperti katamu, engkau hanya seekor pipit yang mendamba menjadi merak yang indah. Dirumah engkau hanya seekor pipit yang kecil dan lemah. Tak ada keindahan, tak ada kecantikan yang bisa membuat dunia melirik dirimu. Dan hanya dengan topenglah engkau bisa menjelma menjadi merak yang mengepakkan sayap begitu indah dan memukau diluar sana. Topenglah yang membantumu mewujud cita yang tak sampai. Topeng yang menyejukkan hatimu yang lama kering dan kerontang. Dan topeng pula yang membuatmu ,menjadi merak kayangan seperti yang kau damba. Apakah itu salah?! Tidak sahabat!!! Sahabatku, si pipit kecil!!! Mungkin kau mencibir dirimu, memalingkan muka dan tak pernah menganggap celoteh ini sebagai suatu saran dimatamu. Ngak apa. Tidak masalah buatku. Namun andai bisa berharap, aku ingin dirimu tak menganggap ketakadaanku lebih baik dari keberadaanku disini.Memang menjadi sifat kita. Menjadi naluri kita. Menjadi predikat keakuan kita. Geliat dan teriak seekor cacing bumi tak pernah terdengar. Karena kecil, karena hina, karena rendah hanya bisa sembunyi dibalik pori tanah. Aku bukanlah sosok naga yang begitu perkasa.yang dipuja orang, yang disanjung orang dan menjadi panutan kala berucap dan berlakon. Aku yakin. Kelak engkau dapat terbang dengan topengmu ibarat sayap pada sang burung. Engkau dapat berenang dengan topengmu ibarat sirip pada sang ikan. Engkau dapat berlari dengan topengmu ibarat kaki pada sang kijang Pakailah topengmu demi dunia, pipitku!!!!

No comments: