12 February, 2008

TENGADAH KEHAMBAANKU (andirwantaruna)

Syukur Alhamdulillah. Kupanjatkan puja dan pujiku. Hanya kepada Engkau, wahai Tuhanku. Puja dan puji yang tak hanya terangkai kala diriku diatas sajadah sujud ini. Bersama aliran darahku, selalu terlantun dzikir-dzikir cinta antara hamba dan pencipta. Tak lupa pula kukirimkan salam dan shalawat kepada kekasihmu. Muhammad Saw, Nabi yang tak pernah jenuh membawa obor pelita sebagai penerang ditengah gelap gulita hambamu.

Ya Allah, ya tuhanku.

Ruku’ ku. Sujudku. Kuwujud sembah sebagai bukti pengakuan kami kepadamu. Engkau maha daya. Engkau Mahakuasa. Kami tak ada apa-apanya dihadapanMu, wahai tuhan. Terimalah sembah sujud kami sebagai tanda syukur kami sebagai hambaMu. Kami sadar. Kami percaya. Segala daya, segala kekuatan yang kami miliki adalah sementara. Tidak kekal. Hanya relatif. Semua itu hanya titipanMu yang kapanpun harus kami relakan bila engkau ingin mengambilnya kembali wahai zat yang Mahaesa.

Ya Allah, ya tuhanku.

Engkau mahabenar. Engkau mahakuasa. Dengan mata kepala ini telah kusaksikan sendiri kebenaran firman-firmanMu. Kusaksikan bagaimana lautMu murka!. Bagaimana tanahMu bergolak, bagaimana bencana silih berganti datang. Semuanya datang karena keangkuhan kami. Kebodohan kami. Kekhilafan kami. Kerakusan kami. Yang begitu mendewakan nafsu serakah sehingga lupa dengan peringatanMu.

Engkau telah memperingatkan kami didalam kitab sucimu

(telah tampak kerusakan didarat dan dilaut. Semua itu karena ulah manusia)

Subhanallah!!!

Peringatan yang begitu nyata tak menbuat kami sadar-sadar juga. Kami lalai. Kami terlena. Kami larut dalam eforia dan mimpi-mimpi yang tercipta oleh rekayasa sang pendosa yang bernama hawa nafsu.

Semuanya telah kami lihat. Kami rasakan wahai tuhan.

Kami lihat. Samudra fasifik kini bukanlagi lautan teduh. Samudra hindia bukan lagi tahta para dewi-dewi laut. Kini bergolak, kini mereka murka mengenggelamkan apa saja yang berlayar diatasnya. Keangkuhan kami sebagai manusia yang selalu sombong dengan secuil ilmu yang kau berikan kini tak berdaya. Kami tak berkutik dihadapanMu.

Kapal-kapaldihempas ombak dan gelombang.

Kecelakaanlaut dimana-mana.

Beribu jiwa tenggelam entah bnersemayam didasar laut mana.

Daratanpun tak mau kalah. Kusaksikan gunung-gunung yang begitu kokoh kini terbangun dari tidurnya. Pasir, batu, tanah, dan lahar panas semuanya tumpah seakan –akan marah dan ingin menghukum kami.

Manusia jadi korban, hewan ternak jadi korban. Tak terhitung kerugian materi, jiwa, tangis dan darah yang mesti kami upetikan.

Sempurna sudah murka alamMu kala langit turut menangis. Seribu espresi tak bias terbaca lagi. Ditumpahkannya titik-titik airnya membasah tanah, menggerus tanah, mewujud erosi dan banjir yang dasyat.

Kami tahu.

Erosi ada karena hutanMu tlah kami perkosa!!!.

Banjir terjadi karena tanahMu kami perdayakan!!!

Kami tahu.

Tapi tak kalah banyak pula diantara kami yang belum mengerti.

Yaa tuhanku.

Cukuplah rentetan bencana yang Kau berikan kepada kami. Cukuplah tangis pilu itu sampai disini. Berikan kami kesempatan lagi untuk mencoba bangkit dan melangkah sebagai khalifahMu diatas bumi ini.

Disini, diatas sajadah cinta kutengadahkan tangan memohon doa kepadaMu.

Biarkan aku sujud.

Biarkan aku pasrah.

Kuhayati kehambaanku.

No comments: